Sejarah Bajaj di Indonesia: Dari Bajaj Oranye hingga Pulsar
1. Sejarah Awal Bajaj di Jakarta
Jakarta pernah dihiasi banyak moda angkutan kecil, mulai dari bemo, helicak, minicar, hingga mebea. Namun, tidak satu pun yang mampu bertahan sepanjang Bajaj. Kendaraan roda tiga berwarna oranye itu pertama kali masuk pada awal 1970-an.
Pada tahun 1975, pemerintah DKI resmi menetapkannya sebagai angkutan umum Jenis IV untuk melayani kawasan permukiman. Sejak saat itu, Bajaj menjadi bagian penting mobilitas warga, terutama di gang-gang kecil yang tidak bisa dijangkau kendaraan lain.
Transportasi lain seperti helicak dan mebea akhirnya punah, tetapi Bajaj justru terus bertahan. Keberadaannya tetap terlihat di jalanan ibu kota hingga 50 tahun kemudian.
2. Bajaj sebagai Ikon Transportasi Kota
Bajaj bukan hanya kendaraan, tetapi juga pengalaman tersendiri bagi penumpangnya. Suara mesin 2-tak yang nyaring, hentakan suspensi, serta aroma khas oli bercampur peluh menjadi identitas yang sulit dilupakan.
Selain itu, Bajaj semakin dikenal setelah menjadi pusat cerita dalam sitkom fenomenal Bajaj Bajuri di awal 2000-an. Serial itu memperkuat citranya sebagai “taksi kelas pekerja”.
Namun, perjalanan Bajaj tidak selalu mulus. Pada awal 2000-an, pemerintah DKI pernah mencoba menggantinya dengan mobil kecil bernama Kancil. Akan tetapi harga Kancil yang lebih mahal membuat banyak pengemudi Bajaj enggan beralih. Rencana itu pun kandas, dan Bajaj tetap melaju di Jakarta.
3. Masuknya Bajaj Auto ke Industri Motor Indonesia
Banyak orang mengira Bajaj hanya produsen roda tiga. Faktanya, Bajaj Auto—perusahaan otomotif dari Pune, India, yang berdiri sejak 1945—memiliki lini produk motor yang cukup luas.
Momentum besar terjadi pada 2006 ketika Bajaj Auto membawa motor sport naked Pulsar 180 UG III ke Indonesia. Motor ini terlihat modern dengan desain ramping, lampu yang lebih tajam, speedometer digital, dan teknologi seperti self-cancelling turn signal.
Pulsar 180 hadir sebagai motor sport terjangkau dengan fitur canggih, membuatnya cukup menarik perhatian pasar Indonesia.
4. Era Kejayaan Pulsar
Walaupun Pulsar 180 memulai era tersebut, justru generasi keenamlah yang benar-benar meledak di pasar, khususnya Pulsar 135LS dan Pulsar 220F.
Pulsar 135LS (Baby Pulsar)
Masuk Indonesia pada 2010, Baby Pulsar hadir sebagai motor sport murah dengan tenaga besar untuk kelasnya. Dengan tenaga 13,3 hp dan harga sekitar Rp11 juta, ia menjadi pilihan menarik dibanding kompetitor.
Selain itu, jumlah impor awal yang hanya 200 unit membuatnya semakin digemari komunitas motor karena dianggap unik.
Pada 2011, penjualan Pulsar naik 108 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari total 15 ribu unit, hampir separuhnya merupakan Pulsar 135LS.
Pulsar 220F
Masuk pada 2011, 220F langsung menjadi favorit berkat performanya yang jauh lebih bertenaga. Pada semester pertama 2012, 36% penjualan Pulsar berasal dari 220F.
Bajaj Auto Indonesia sangat agresif mempromosikan Pulsar melalui:
-
Test ride berhadiah sepeda motor
-
Promo Pulsar Pasti Lelaki Tour
-
Undian Nissan Juke
-
Diskon besar untuk stok 2011
Pendekatan ini berhasil membuat Pulsar semakin populer di komunitas motor sport.
5. Kejatuhan Bajaj Auto di Indonesia
Meski penjualan sempat memuncak, masa kejayaan itu tidak berlangsung lama. Pada 2012, Bajaj meluncurkan Pulsar 200NS bekerja sama dengan Kawasaki. Motor tersebut dianggap sebagai Pulsar terbaik dari segi desain dan performa.
Namun anehnya, justru motor ini menjadi penutup perjalanan Bajaj di Indonesia. Penjualan terus merosot, jaringan dealer menurun, dan akhirnya pada 2013, Bajaj Auto resmi keluar dari Indonesia.
Stok motor Bajaj yang tersisa bahkan dijual hingga 2016 dengan diskon besar-besaran.
6. TVS: Pabrikan India yang Bertahan
Keluarnya Bajaj Auto tidak membuat pabrikan India lainnya takut mencoba peruntungan. TVS masuk lebih agresif dan memilih strategi berbeda.
Mereka tidak hanya bermain di segmen sport, tetapi juga skutik, underbone, hingga auto rickshaw. Keputusan itu terbukti tepat karena pasar skutik merupakan segmen terbesar di Indonesia.
Selain itu, TVS melakukan perakitan lokal di pabrik Karawang, memberikan keuntungan dari sisi biaya dan kepercayaan konsumen.
Penjualan TVS menunjukkan tren positif:
-
80.000 unit (2022–2023)
-
120.000 unit (2023–2024)
-
143.000 unit (2024–2025)
Angka tersebut jauh melebihi catatan Pulsar di masa lalu.
7. Perbandingan Strategi Bajaj Auto vs TVS
Perbedaan strategi menjadi penyebab utama hasil yang jauh berbeda.
Strategi Bajaj Auto (Kurang Tepat)
-
Hanya bermain di segmen niche: motor sport.
-
Tidak membangun pabrik lokal.
-
Bergantung pada impor unit.
-
Jaringan aftersales tidak stabil.
Strategi TVS (Berhasil di Indonesia)
-
Masuk ke segmen motor terbesar: skutik.
-
Perakitan lokal untuk menekan harga.
-
Ekspansi diler dan bengkel yang lebih konsisten.
-
Membangun brand secara bertahap, bukan instan.
8. Kesimpulan
Sejarah Bajaj Auto di Indonesia adalah kisah menarik tentang inovasi, tantangan, dan strategi pasar. Bajaj pernah berjaya melalui Pulsar 135LS dan 220F, tetapi pilihan bermain di segmen niche membuat mereka sulit bertahan.
Di sisi lain, TVS menunjukkan bahwa strategi yang lebih luas dan adaptif memberi peluang lebih besar untuk sukses di pasar Indonesia yang sangat kompetitif.
Untuk pembaruan berita otomotif dan artikel terbaru lainnya, jangan lupa cek Pituluik.

Penggiat literasi digital, WordPress dan Blogger
website: alber.id , andesko.com , upbussines.com , pituluik.com





