Minggu, 27 Mei 2018
Bersama Ica dan Revan, kali ini kami mengunjungi Curug Pasir Reungit di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Pamijahan. Beberapa kali ke kawasan ini tapi barengan terakhir yaitu ke Curug Batu Ampar dan Curug Pangeran.
3x ke kawasan ini, tapi saat itu Curug Pasir Reungi belum ada akses ke area curug. Curug ini berada masih satu aliran sungai dengan Curug Pangeran-Curug Balong Endah-Curug Kondang-Curug Alami (Curug Goa Lumut) kemudian Curug Pasir Reungit dan akhirnya jatuh membentuk salah satu dari 2 Curug Cigamea.
Karena curugnya baru beberapa bulan di buka, sekarang adalah waktu yang tepat karena bulan puasa dan pengunjung jadi sepi.
Seperti biasa, jalur yang kami tempuh melewati Simpang Cibatok. Karena sepi, perjalanan hanya ditempuh dalam waktu sekitar 1.5 jam dengan mobil. Sampai di gerbang Taman Nasional kami harus bayar tiket masuk Rp. 10.000 per orang dan mobil Rp. 15.000 jadi total bertiga Rp. 45.000.
Melewati Curug Cigamea dan Curug Kondang, sampai di pintu masuk Curug Goa Lumut dan Curug Pasir Reungit. Karena akses jalannya masih berupa jalan tanah/batu dan sempit, jadi kami parkir di pinggir jalan (lumayan gratis hahaha).
|
View menuju loket |
Berjalan sekitar 100m kami sampai di parkiran curug. Terlihat 3 tenda terpasang, sepertinya ada yang bermalam di sini. Tiket masuk Rp. 10.000 per orang.
|
Loket menuju curug |
Berjalan santai menikmati suasan pegunungan dan udara yang sejuk pagi hari kami sampai di spot foto. Kami mengambil beberapa foto dengan view Curug Pasir Reungit.
|
Curug Pasir Reungit dari atas |
|
Curug Pasir Reungit dari atas |
|
Curug Pasir Reungit dari atas |
Berjalan muruni bukit, kemudian kami sampai di spot foto skaligus tempat istirahat pengunjung. dari sini bisa terlihat jelas Curug Pasir Reungi dan sebagian Curug Cigamea.
|
Curug Cigamea di kejauhan |
|
Spot foto di bagian atas |
|
Spot foto di bagian atas |
|
Spot foto di bagian atas |
|
Spot foto di bagian atas |
Untuk mencapai curug kita harus menuruni tangga yang dibuat dengan memangkas tebing bukit bagian kiri dengan lebar sekitar 60cm. Sementara itu di sisi kanan langsung menghadap jurang dan dibawah nya sungai. Jadi kalau terjadi longsor otomatis pengunjung dibawah akan terjebak karena aliran sungainya langsung berupa tebing menuju Curug Cigamea.
Di bawah terdapat jembatan bambu untuk mencapai seberang sungai, atau kalau tidak mau naik jembatan juga bisa melewati bebatuan sungai. Bebatuannya berwarna coklat kemerahan menandakan terdapat kandungan sulfur di air sungai.
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
|
Berpose di Curug Pasir Reungit |
Curug Pasir Renguit sendiri merupakan type curug tunggal. Dengan ketinggian sekitar 25 meter, kecil di bagian atas kemudian melebar di bagian bawah dan jatuh di kolam jernih dan berwarna hijau tosca.
Tidak lengkap rasanya ke curug kalau tidak merasakan kesejukan airnya. Saya pun berenang di pinggir leuwi tapi tidak sampai ke tengah karena akan sangat berbahaya. Tipical air dari Gunung Salak, di sini juga airnya sangat sejuk dan dingin.
|
Menikmati kesejukan air curug |
Kalau berenang lebih aman, terdapat leuwi di bagian bawah. Airnya yang dalam sekitar sedada. Dan di bagian ini juga bisa untuk istirahat dan menaruh barang-barang karena tidak basak kena tampias dari curug.
|
Menikmati kesejukan air curug |
|
Menikmati kesejukan air curug |
|
Narsis dulu ya… |
Beberapa meter dari tempat kami istirahat merupakan tebing yang airnya jatuh langsung ke Curug Cigamea. Terdapat tanda bahaya agar pengunjung tidak mendekati bibir tebing.
|
Papan tanda bahaya |
Setelah puas berenang kamipun melanjutkan perjalanan. Di dekat parkir ada kamar kecil untuk ganti pakaian. Selanjutnya kami menuju Hutan Pinus yang arahnya berlawanan dengan pintu masuk melewati pintu masuk Curug Pangeran, Curug Cihurang dan Curug Batu Ampar.
Sampai di hutan pinus, kami mengambil lokasi yang bagus dan tidak jauh dari parkir untuk pasang hammock. Bersantai dan meikmnati suasana hutan pinus ini membuat kami enggan beranjak. Semuanya berakhir ketika suasana mulai mendung dan agak gerimis.
|
Bersantai di hutan pinus |
|
Bersantai di hutan pinus |
Untuk pulang kami melewati jalur lain, ke pintu Taman Nasional lewat pintu Gunung Bundar 2 yang nanti keluar di pertigaan Cikampak. Jalan ini lebih sepi dibanding pintu yang satunya karena kondisi jalannya agak jelek.
|
Suasana jalur pulang arah Cikampak |
|
Suasana jalur pulang arah Cikampak |
|
Suasana jalur pulang arah Cikampak |
|
Suasana jalur pulang arah Cikampak |
Di dekat pintu Taman Nasional kami melihat ada spanduk lokasi curug. Next time kami pasti akan kembali lagi…
Link terkait: