Seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa di sekitar Sumber Pitu ada coban lain yang baru dibuka. Janjian dengan bapak penjaga Sumber Pitu untuk mengantar ke Coban yang disebut Coban Putri Ayu ini, ternyata si bapak sedang mengantar tamu sehingga kami diantar oleh anaknya. Saya berboncengan dengan guide kami (saya lupa namanya hahahha) sementara Revan dan Noey bawa motor sendiri-sendiri.
Berbalik arah, sampai di suatu pertigaan ke arah kiri (dari Sumber Pitu), memasuki wilayah hutan dan perkebunan. Jalannya berupa tanah merah. Hanya terlihat satu rumah slama perjalanan kami ke Coban Putri Ayu. Melewati jalan licin dan melewati anak sungai kemudian menaiki bukit-bukit landai serta beberapa pekerja yang sedang memperbaiki akses jalan masuk.
|
Jalan menuju Lembah Putri Ayu |
Dari pertigaan sekitar 1-2km sampailah kami di lembah yang disebut Lembah Putri Ayu. Parkir di pinggir tebing sudah terlihat dua air terjun. Di sisi kanan terlihat air terjun yang lumayan besar (sepertinya buatan??) sementara di bawahnya berupa bukit yang sedang dibersihkan sehingga aliran airnya membawa tanah merah.
|
Coban Putri Ayu |
|
Coban Putri Ayu |
Yang menarik adalah, sebuah air terjun yang berada di lembah sempit, kalau di Google Maps coban ini disebut Coban Buntung. Untuk mendekati coban ini kita harus memanjat bebatuan yang sedikit licin. Di depan coban terdapat pelataran yang lumayan luas. Coban sendiri mempunyai ketinggian sekitar 15m berair bening dan dingin.
|
Coban Putri Ayu/Coban Buntung |
|
Coban Putri Ayu/Coban Buntung |
Kami hanya sebentar di sini karena fasilitas dan pendukung nya belum tersedia, masih tahap pembangunan atas swadaya masyarakat. Juga karena mulai gerimis kami meninggakan lokasi ini yang masih gratis ini. Setelah memberi tips pada guide, kamipun berpisah.
Lewat tengah hari kami istirahat sambil melihat-lihat peta kira-kira lokasi curug mana yang bisa di kunjungi. Kami pun sepakat untuk mengunjungi Grojogan Sewu yang berada kira-kira 1 jam perjalanan dari Batu.
Ke Grojogan Sewu ini sangat gampang, karena berada di pinggir jalan raya Malang-Kediri/Blitar (Desa Bendosari). Karena kita mengikuti jalan utama jadi kondisi jalannya ramai yang didominasi oleh bis-bis antar kota. Jalan raya ini berada di pinggir sungai yang lumayan besar dan berarus deras, dan biasanya sungai ini juga dipakai untuk wisata arung jeram. Hanya saja saat itu air sungainya berwarna coklat, bau dan banyak sampah.
Sampai di petunjuk arah Gorjogan Sewu, kami parkir di pinggir jalan dekat bantaran sungai. Kemudian menyeberangi sungai melalui sebuah jembatan permanen. Berjalan kira-kira 100m kemudian kami sampai di loket pembayar. Tiap pengunjung dikenakan ongkos masuk Rp. 5.000. dari loket kemudian berjalan sekitar 50m kita sudah bisa melihat Grojogan Sewu.
|
Grojogan Sewu |
|
Grojogan Sewu |
Begitu memasuki area air terjun kita disambut dengan banguan bernuansa China, dengan didominasi warna merah. Di tengah-tengah terdapat gazebo, dan di kanan terdapat toilet dan ruang ganti. Unik nya di sini terdapat tempat sembahyang umat Islam (mushola), Hindu dan Budha sehingga kita bisa mencium aroma dupa di sini.
Curugnya sendiri mempunyai ketinggian sekitar 25-30m dengan debit air yang tinggi sehingga area sekitarnya selalu basah terkena tampias. Airnya jernih dan sejuk. Meskipun ada tulisan dilarang berenang dan terdapat pembatas buat pengunjung tapi ternyata diperbolehkan berenang di sekitar air terjun.
Karena suasananya sangat rindang karena dinaungi oleh pohon-pohon besar membuat air terjun ini banyak di kunjungi wisatawan terutama keluarga juga karena aksesnya yang sangat gampang.
Melihat Maps, ternyata sekitar sini terdapat Coban Perawan, sementara jam sudah menunjukkan pukul 15.30. karena penasaran kamipun menuju Coban Perawan yang berjarak sekitar 3km. Sampai di lokasi ternyata coban ini tidak bisa diakses kecuali menyeberangi sungai meskipun kecil tapi berarus deras. Kamipun kembali ke arah pulang dan sempat mampir di salah satu penjual duren yang banyak di jalur Malang-Kediri ini. Lumayan enak, Rp. 200.000 dapat 3 butir.
|
Menikmati duren
|