Sesuai rencana, kami menginap 2 malam di Sangir. Meski agak kecewa hanya bisa mengunjungi satu air terjun karena akses dan petunjuk yang kurang. Pagi-pagi jam 8 kami check-out. Untuk mengobati kekecewaan ponakan-ponakan, kami berencana ke Pemandian Aie Malanca (Air Meluncur). Kalau dilihat dari foto-foto di internet, lokasi ini adalah sungai dengan seluncuran alami dari batu sungai. Sampai di lokasi yang tidak jauh dari Kebun Teh Liki, kami parkir di rumah warga. Menuruni bukit dan menyeberangi jembatan gantung yang lumayan tinggi, ujung-ujungnya kembali lagi karena tidak ada petunjuk arah dan masuk ke semak-semak yang banyak pacetnya.
|
Perjalanan yang gagal ke Aie Malanca |
|
Perjalanan yang gagal ke Aie Malanca |
|
Perjalanan yang gagal ke Aie Malanca |
Melihat Maps, terlihat lokasi wisata terdekat adalah Water Boom Air Panas, tapi akhirnya batal juga karena sangat penuh hingga parkirannya sampai ke loket yang jaraknya lumayan.
Akhirnya kami mengunjungi lokasi wisata terdekat selanjutnya yaitu Taman Wisata Air Pauh Duo.
Taman Wisata Air Pauh Duo
Mengobati kekecewaan karena tidak bisa berenang sebelumnya, kami akhirnya memutuskan berhenti di Taman Wisata yang berada di pinggir jalan ini. Parkir di depan rumah warga yang ada dipinggir jalan kemudian menyeberang dan langsung ke pos masuk pemandian. Tarif masuk hanya Rp. 5.000 untuk orang dewasa dan anak-anak gratis. Untuk sewa ban besar Rp. 5.000.
Meski sepanjang jalan atau di banyak lokasi kita bisa melihat sungai yang lebih bagus dari lokasi ini tapi yang dikelola warga dan pengunjungnya cukup ramai adalah ini.
Kami juga ditawari paket body rafting yang hanya Rp. 35.000 unuk trek sekitar 3km tapi mengingat waktu kami melewati tawaran ini.
|
Lokasi pemandian |
Menggunakan satu saung yang ada, kami gunakan untuk istirahat dan menaruh barang-barang. Tidak perlu lama, kami semua menceburkan diri di sungai yang dingin ini. Karena arusnya lumayan deras dan ada bagian yang dalam, maka anak-anak harus selalu dijaga dan yang tidak bisa berenang selalu waspada.
Untuk uji nyali bisa melewati arus deras berbatu dengan menggunakan ban. Tapi harus hati-hati, salah posisi akan mengakibatkan kepala terbentur batu, dan ini saya dan Revan alami yang membuat pusing hahahaha.
|
Hati-hati di area ini |
|
Hati-hati di area ini |
Di sekitar bendungan adalah tempat favorit berenang, dimulai dari yang dangkal di bagian kiri dan paling dalam di bagian kanan. Untuk yang bagian kanan bisa digunakan untuk loncat.
Cukup lama kami di sini menghabiskan waktu hingga akhirnya kami harus selesai dan melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya.
|
Serunya berenang di air yang dingin dan bening |
|
Serunya berenang di air yang dingin dan bening |
|
Serunya berenang di air yang dingin dan bening |
|
Serunya berenang di air yang dingin dan bening |
|
Serunya berenang di air yang dingin dan bening |
|
Juga bisa loncat |
Nagari Saribu Rumah Gadang
Lokasi wisata ini berada di Koto Baru, yang berada di jalan lintas Sumatera, Solok-Jambi. Jadi kalau kita melewati jalan lintas ini pastilah melewati wilayah ini apalagi ada petunjuk lokasi yang sangat jelas.
Dari jalan raya, memasuki pusat wisata ini, kira-kira 100m dan parkir dihalaman rumah warga. Yang menjadi pusat perhatian dan banyak pengunjung berkumpul adalah Rumah Gadang Gajah Maram. Rumah Gadang ini sudah sangat tua yang dibangun sekitar tahun 1794. Berbeda dengan rumah gadang yang umumnya mempunyai rangkiang di kiri kanan, Rumah Gadang ini mempunyai rankiang di bagian depan yang berjumlah 5 (rankiang=lumbung padi). Rumah Gadang ini menjadi iconnya wisata ini, sehingga banyak pengunjung terkonsentrasi di sini.
|
Ramai pengunjung di Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
|
Rumah Gadang Gajah Maram |
Untuk menikmati panorama Nagari ini dari atas kamipun menuju Surau Menara, yaitu sebuah mushola kecil yang dibuat tahun 1894 dan terbuat dari kayu.
Karena surau nya ditutup, kami meminta ijin ke penjaga surau sehingga dibuka dan kamipun menaiki menara yang terasa sudah rapuh.
|
Surau Menara |
|
Surau Menara |
Di atas menara terlihatlah pemandangan yang sangat fantastis. Terlihat ratusan Rumah Gadang dengan gonjongnya mencuat ke atas seakan ingin menanatang langit. Berlatarkan perbukitan yang hijau sangat memanjakan mata dan membuat kita betah belama-lama di atas. Agak riskan sebenarnya berada di atas menara dengan kayu yang rapuh ini dan membuat saya harus berhati-hati melangkah.
|
Nagari Saribu Rumah Gadang dari Surau Menara |
|
Nagari Saribu Rumah Gadang dari Surau Menara |
|
Nagari Saribu Rumah Gadang dari Surau Menara |
|
Nagari Saribu Rumah Gadang dari Surau Menara |
|
Nagari Saribu Rumah Gadang dari Surau Menara |
Sebelum kembali, saya sempatkan sholat zuhur di surau ini. Alhamdulillah bisa sholat di surau bersejarah ini. Kembali ke parkiran kami sempatkan melihat beberapa sudut desa ini.
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
|
Salah satu sudut Nagari Saribu Rumah Gadang |
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Danau Di Ateh (Danau Kembar) dan menginap semalam di sana.
Baca juga: