Stop Membandingkan Kecerdasaan Anak, Yuk Kenali 9 Kecerdasaan Pada Anak.

Photo of author

By alberandesko28

 Moms & Dads setelah membaca ini stop ya untuk membanding-bandingkan setiap kercedasaan anak. Misalnya ” Tuh Liat kakak kamu nilai matematika nya 100, kamu apa-apaan ini masa cuman nilaiolahraga saja yang tinggi, dasar anak bodoh”

Nah, Perlu Moms & Dads Ketahui cerdas itu bukan anak yang memiliki nilai tinggi pada pelajaran tertentu saja misalnya matematika, biologi, kimia, ekonomi, dll. Sedangkan anak yang nilai nya tinggi pada matapelajaran olahraga dan seni dikategorikan anak yang bodoh.

Sejatinya setiap anak di dunia ini memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat dan
indikator yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak, pada
hakikatnya, adalah cerdas. Perbedaan terletak pada tingkatan dan indikator
kecerdasannya. Perbedaan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor. Salah
satunya adalah rangsangan yang diberikan pada saat anak masih berusia dini.

Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard
Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma
ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang
anggapan “cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya
mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan
spasial. 

Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah
multiple intelligences )( Kecerdasaan Majemuk ). Apa aja sih Kecerdasaan Majemuk itu ?? yuk kenali ciri-ciri kecerdasaan pada anak guna mendapatkan stimulus dan rangsangan yang sesuai dengan kecerdasaan, potensi, dan minat mereka .

Kecerdasaan Dalam Multiple Intelligences

Kecerdasan Verbal-Linguistik

 Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi,
struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal berkomunikasi lisan dan tulisan
mengarang cerita, diskusi dan mengikuti debat suatu masalah, belajar bahasa
asing, bermain “game” bahasa, membaca dengan pemahaman tinggi, mudah
mengingat ucapan orang lain, tidak mudah salah tulis atau salah eja, pandai
membuat lelucon, pandai membuat puisi, tepat dalam tata bahasa, kaya kosa
kata, dan menulis secara jelas. 
Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik
adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Oleh
karena itu, ajak anak-anak ke toko buku, beri kesempatan berbicara, sediakan
banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka untuk
menulis, menyediakan peralatan membuat tulisan, tape recorder, mesin ketik,
keyboard, untuk belajar mengidentifikasi huruf dalam kata-kata.

Kecerdasan Logis-Matematis 

Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan
memiliki kemampuan mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik serta mampu mengolah alur pemikiran yang panjang. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
menghitung dan menganalisis hitungan, menemukan fungsi-fungsi dan
hubungan, memperkirakan, memprediksi, bereksperimen, mencari jalan
keluar yang logis, menemukan adanya pola, induksi dan deduksi,
mengorganisasikan/membuat garis besar, membuat langkah-langkah,
bermain permainan yang perlu strategi, berpikir abstrak dan menggunakan
simbol abstrak, dan menggunakan algoritma.
Cara belajar terbaik anak-anak yang cerdas logis-matematis adalah
melalui angka, berpikir, bertanya, mencoba, menduga, menghitung,
menimbang, mengurutkan, mengklasifikasi, dan mengonstruksi. Oleh karena
itu, sediakan alat-alat bermain konstruktif, puaskan rasa ingin tahu anak, dan
beri kesempatan anak untuk bertanya, menduga, dan mengujinya.

Kecerdasan Visual-Spasial

 Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan mempersepsi dunia visualspasial secara akurat dan mentransformasi persepsi awal. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai arsitektur, bangunan, dekorasi, apresiasi seni, desain, atau denah. Mereka juga menyukai dan efektif dalam
membuat dan membaca chart, peta, koordinasi warna, membuat bentuk,
patung dan desain tiga dimensi lainnya, menciptakan dan menginterpretasi
grafik, desain interior, serta dapat membayangkan secara detil benda-benda,
pandai dalam navigasi, dan menentukan arah.
 Mereka suka melukis,
membuat sketsa, bermain game ruang, berpikir dalam image atau bentuk,
serta memindahkan bentuk dalam angan-angan.Cara belajar terbaik untuk anak yang cerdas visual-spasial
adalah melalui warna, coretan, arah, bentuk, dan ruang.

Kecerdasan Musikal

 Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menciptakan dan
mengapresiasi irama pola titi nada, dan warna nada; juga kemampuan
mengapresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang optimal
dalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal
menyusun/mengarang melodi dan lirik, bernyanyi kecil, menyanyi dan
bersiul. Mereka juga mudah mengenal ritme, mudah belajar/mengingat irama
dan lirik, menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik, memainkan
instrumen musik, mengenali bunyi instrumen, mampu membaca musik,
mengetukkan tangan dan kaki, serta memahami struktur musik.
Hampir semua anak memiliki kecerdasan ini, dan cara belajar yang
terbaik untuk mereka adalah dengan nada, irama, dan melodi. Oleh karena
itu, guru perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi secara musikal
melalui salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan,
bila mungkin, orkestra kaleng bekas, dan latihan membedakan bunyi dan
suara di sekitarnya. 

Kecerdasan Kinestetik

 Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mengontrol gerak tubuh dan
kemahiran mengelola objek. Seseorang yang optimal dalam kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal mengekspresikan dalam mimik
atau gaya, atletik, menari dan menata tari; kuat dan terampil dalam motorik
halus, koordinasi tangan dan mata, motorik kasar dan daya tahan. Mereka
juga mudah belajar dengan melakukan, mudah memanipulasikan bendabenda (dengan tangannya), membuat gerak-gerik yang anggun, dan pandai
menggunakan bahasa tubuh.

Kecerdasan Interpersonal 

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespons
secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain.
Seseorang yang optimal dalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan
efektif dalam hal mengasuh dan mendidik orang lain, berkomunikasi,
berinteraksi, berempati dan bersimpati, memimpin dan mengorganisasikan
kelompok, berteman, menyelesaikan dan menjadi mediator konflik,
menghormati pendapat dan hak orang lain, melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain, dan handal
bekerja sama dalam tim.

Kecerdasan Naturalis

 Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota
suatu spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan antara beberapa spesies, baik secara formal maupun informal. Seseorang
yang optimal kecerdasan naturalisnya cenderung menyukai dan efektif dalam
menganalisis persamaan dan perbedaan, menyukai tumbuhan dan hewan,
mengklasifikasi flora dan fauna, mengoleksi flora dan fauna, menemukan
pola dalam alam, mengidentifikasi pola dalam alam, melihat sesuatu dalam
alam secara detil, meramal cuaca, menjaga lingkungan, mengenali berbagai
spesies, dan memahami ketergantungan pada lingkungan.

Kecerdasan Intrapersonal

 Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri
dan kemampuan membedakan emosi, serta pengetahuan tentang kekuatan
dan kelemahan diri. Seseorang yang optimal dalam kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal berfantasi, “bermimpi”, menjelaskan tata
nilai dan kepercayaan, mengontrol perasaan, mengembangkan keyakinan dan
opini yang berbeda, menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan
merenung. Mereka selalu melakukan introspeksi, mengetahui dan mengelola
minat dan perasaan, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, pandai
memotivasi diri, mematok tujuan diri yang realistis, dan memahami.

Kecerdasan Eksistensial 

Kecerdasan eksistensial ditandai dengan kemampuan berpikir sesuatu
yang hakiki, menyangkut eksistensi berbagai hal, termasuk kehidupankematian, kebaikan-kejahatan. Eksistensial muncul dalam bentuk pemikiran
dan perenungan. Seseorang yang cerdas secara eksistensial cenderung
mempertanyakan hakikat kehidupan, mencari inti dari setiap permasalahan,
merenungkan berbagai hal atau peristiwa yang dialami, memikirkan hikmah
atau makna di balik peristiwa atau masalah, dan mengkaji ulang setiap
pendapat dan pemikiran. Orang yang cerdas secara eksistensial cenderung
berani menyatakan keyakinan dan memperjuangkan kebenaran, mampu
menempatkan keberadaan sesuatu dalam bingkai yang lebih luas, selalu
mempertanyakan kebenaran suatu pernyataan/kejadian, memiliki pengalaman
yang mendalam tentang cinta pada sesama dan seni, mampu menempatkan
diri dalam kosmis yang luas, serta memiliki kemampuan merasakan,
memimpikan, dan merencanakan hal-hal yang besar.
Nah itulah 9 kecerdasaan pada anak, moms & dads harus mengenali ya setiap kecerdasaan pada anak.
guna mendaptakan stimulus dan rangsangan sedini mungkin agar potensi yang dimiliki nya bisa berkembang dengan baik.

Tinggalkan komentar