Dari Situ Patenggang kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Putih yang berjarak sekitar 5km. Jalan masuk ke Kawah Putih berhadapan langsung dengan Kampung Cai Ranca Upas. Dari jalan raya ke parkiran/loket tidak begitu jauh. Ada dua pilihan, parkir kendaraan kemudian dilanjutkan dengan naik ontang-anting (angkot yang sudah dimodifikasi) atau membawa kendaraan langsung ke parkiran Kawah Putih dengan membayar ongkos parkir yang sangat tinggi (di atas Rp. 100.000). Harga tiket masuk Rp. 20.000/orang. Jika memarkirkan kendaraan di loket ini kita hanya bayar Rp. 6.000 untuk mobil dan Rp. 5.000 untuk motor atau yang bawa bis Rp. 25.000 (19 Desember 2018). Untuk karcis masuk kami membayar Rp. 20.000 (turis asing Rp. 75.000). Melanjutkan perjalanan dengan ontang-anting ongkosnya Rp. 15.000 pulang-pergi (PP).
|
Daftar harga tiket masuk dan parkiran |
Untuk berangkat kami harus menunggu ontang-anting terisi penuh, tapi gak perlu menunggu lama karena cepat terisi. Dari loket ke Kawah Putih berjarak kurang lebih 3km menempuh jalan mendaki yang lumayan terjal. Kawasan ini adalah kawasan hutan lindung yang berada di Gunung Patuha jadi sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan hutan tropis.
|
Naik ontang-anting |
Sampai di halte Kawah Putih, terlihat ramai sekali dengan pengunjung serta penjual aneka barang, makanan dan minuman namun yang kami harus beli adalah masker, ya masker! Karena kita akan berhadapan dengan lingkungan yang mengandung asap sulfur.
|
Tangga turun menuju kawah |
Selanjutnya kami menuju kawah melewati tangga yang dipisah menjadi 2 jalur, untuk pengunjung naik dan turun. Dari sini kita sudah bisa menikmati keindahan Kawah Putih. Mendekati bibir Kawah Putih terlihat air kawah yang berwarna putih kebiruan, di selimuti oleh asap tipis belerang. Dipinggir kawah terdapat endapan sulur (belerang) yang kalau kita amati dengan teliti berwarna kekuningan. Berfoto dengan latar belakang kawah yang menyerupai danau ini serasa berada di dunia lain….
Tebing bukit yang berada di sisi seberang kawah terlihat bebatuan berwarna kecoklatan seperti bebatuan yang ada di puncak gunung berapi. Kontras dengan kawah yang berwarna putih. Sudah dapat ditebak bahwa kawah ini terjadi kaena letusan gunung Patuha mungkin ribuan atau jutaan tahun lalu (sok tau ya hahahahha).
|
Revan @ Kawah Putih |
|
View Kawah Putih |
Di sekitar kawah terdapat batas antara area hijau berupa pepohonan dan kawah, sementara di antaranya terdapat deretan pohon mati yang keras dan menghitam seperti fosil. Area ini bisa di jadikan spot foto yang menarik.
|
Hutan mati sekitar Kawah Putih |
|
Hutan mati sekitar Kawah Putih |
Di sisi kanan terdapat spot foto yang dibuat seperti selasar/dermaga yang menjorok ke tengah danau. Kalian bisa berfoto di area ini. Nah buat manula ataupun buat yang mau mengambil foto dari atas, terdapat spot di bukit, kalau dari parkiran berada d sebelah kanan. Jadi untuk manula tidak perlu menuruni tangga.
|
Salah satu sudut Kawah Putih |
Karena hujan, kami buru-buru meninggalkan lokasi dan kembali ke parkiran menggunakan ontang-anting yang setia menunggu penumpang. Sepanjang jalan turun kami menempuh jalan yang berkabut. Ngeri-ngeri sedap……..
|
Jalur pulang yang berkabut |
Sambil menunggu hujan reda kami Ishoma sebelum ke perkemahan. Dan harap diingat, makanan di sini harganya lebih tinggi dibanding harga normal dan harganya tertulis di menu.
Keluar dari gerbang Kawah Putih, kami langsung memasuki Kampung Cai Ranca Upas. Berjarak sekitar beberapa ratus meter langsung bertemu loket pembayaran, untuk satu malam kita harus bayar sekitar Rp. 20.000.
Setelah mencari-cari lokasi berkemah, yang terlihat sangat ramai sekali, kami memutuskan berkemah area parkiran dekat mushola. Memeilih lokasi dengan beberapa pohon pinus yang berdekatan sehingga gampang untuk memasang hammock dan berada di samping kendaraan hahahaha.
Ternyata pilihan lokasi kami salah harusnya jauh lagi ke ujung bumi perkemahan karena di sini ternyata sangat ribut karena berdekatan dengan perkemahan pramuka yang jumlahnya ratusan orang. Oh iya harap di catat, (selama ada penjaga) toilet disini berbayar sama kayak di Mandalawangi, jadi siap-siap aja sediakan uang recehan karena pasti akan ke toilet berkali-kali.
Bangun pagi setelah sarapan kami bermain di penangkaran rusa. Tidak ada tiket masuk untuk ke penangkaran ini, hanya saja, untuk memberi makan rusa kita cukup membeli sayur kangkung Rp. 3.000 per ikat. Bukan hanya rusa, pemandangan di sini sangat eksotik, dengan view pegungan dan kabut tipis seiring munculnya matahari cahaya matahai yang bersinar lembut. Inilah yang menjadi daya tarik Ranca Upas selain pekemahannya.
|
Pagi di Ranca Upas |
|
Pagi di Ranca Upas |
Harap hati-hati ketika memberi makan rusa-rusa yang sangat jinak ini karena ada satu dua yang nakal/agresif. Begitu melihat makanan mereka akan mengikuti kita sampai makanan habis. Ada juga rusa jantan yang suka menanduk ketika gak diberi makan, dan tandukannya lumayan sakit.
|
Memberi makan rusa |