Jarak (Air Terjun) Goa Giri Campuhan (GGC) dari Air Terjun Tukad Cepung sekitar 2.5km, jadi gak terlalu jauh. Dan GGC ini jalur nya juga searah dengan Tukad Cepung jadi kami melewati spot ini ketika pulang (berangkat nya beda arah karena dari Desa Panglipuran) dari Tukad Cepung. Awalnya dari Tukad Cepung kami bermaksud langsung kembali ke penginapan yang berjarak hampir 2 jam ini. Tapi di pinggir jalan awalnya melihat petunjuk lokasi Air Terjun Krisik yang berada di tengah sawah. Ragu-ragu untuk berhenti, dan tidak berapa lama kami membaca spanduk Air terjun Goa Giri Campuhan yang terlihat sangat menarik. Namun agak bingung karena tidak terlhat adanya loket dan parkiran. Akhirnya kami parkir di halaman sebuah tempat pengolahan padi.
|
Petunjuk arah ke Goa Giri Campuhan |
Dari parkir, kami menuju GGC atas petunjuk salah satu warga di sana bertiga, saya, Revan dan Ira sementara driver kamu, Putu menunggu di parkiran. Menuruni bukit terus naik ke pematang sawah dan selanjutnya melewati persawahan. Kebetulan cuacanya lagi cerah sehingga kami bisa menyaksikan Gunung Agung yang lumayat terlihat jelas. Melewati persawahan yang luas ini tidak kami tidak berpapasan dengan penduduk maupun pengunjung lain. Untuk di sepanjang jalan terdapat petunjuk arah dari kayu yang bertuliskan GGC dan arah panah sehingga kami tidak nyasar.
|
Trekking di sawah dengan latar gunung |
Sampai di ujung sawah kemudian menyisiri pinggir bukit. Mulai sore dan ditambah dengan banyaknya pepohonan dan hanya kami bertiga, suasana terasa agak ‘serem’. Tak berapa lama kami sampai di sebuah tempat berdoa (saya kurang tahu istilah Bali-nya) serta tulisan agar pengunjung berdoa duu sebelum dan sesudah mengunjungi tempat ini. Di suruh berdoa, bukannya tambah tenang malah terasa ‘serem’ hahahha. ya udah, sesuai kepercayaan, kamipun berdoa dalam hati secara Islam.
|
Lokasi berdoa |
Melewati tempat ini beberapa puluh meter kami menemukan mulut terowongan. Terowongan yang menuju sungai ini terlihat gelap (gak ada lampu). Awalnya Ira gak mau turun dan minta supaya kami balik aja, akhirnya kita kasih pilihan mau ikut atau tinggal di sana hahahha. Akhirnya Ira mau ikut, berjalan di tengah, sementara Revan di depan menggunakan senter dari HP dan saya di belakang. Lorong yang menurun ini lurus kemudian memutar ke kanan ke arah sungai. Ketika sampai di ujung terowongan barulah perasaan lega karena di bawah ternyata ada 3 orang penjaga dan 2 orang wisatawan.
|
Terowongan turun |
|
Terowongan turun |
Para petugas ini terlihat antusias dengan kedatangan kami. 2 orang dari mereka langsung menyambut kami, menyapa dan memberikan informasi mengenai objek wisata ini. dari mereka kami mendapat info bahwa lokasi ini baru dibuka beberapa bulan lalu dan belum banyak wisatawan yang mengunjunginya. Dan mereka meminta masukan dari kami untuk perbaikan kedepannya.