Kamis, 21 Maret 2019. Saat nya meninggalkan Ciletuh.
Pagi-pagi kami check-out dan langsung menuju Sawarna yang ada di Banten. Dari Ciletuh ke Sawarna bisa di tempuh sekitar 3 jam lebih. Melewati jalur yang sama ketika ke CIletuh yaitu jalan Loji, menyusuri pantai kami sampai di Pelabuhan Ratu, yang makan waktu sekitar 1 jam. Istirahat sebentar sarapan di warung pinggir jalan dan melanjutkan perjalanan sekitar 2 jam lagi ke Sawarna.
Melewati jalur lintas Selatan, melewati pertigaan Cisolok hingga tanjakan panjang Puncak Habibie. Karena sudah pernah ke sini sebelumnya, kami hanya melewati puncak yang mempunyai pemandangan bagus ke arah Pelabuhan Ratu. Melewati Puncak Habibie, masih di jalan propinsi (Jalan Nasional) kita akan memasuki perkampungan dengan kondisi jalan berkelok dan naik turun.
Sampai di suatu pertigaan kedua, kiri ke arah Sawarna sementara lurus mengikuti jalan propinsi. Di jalan lurus ini ada objek wisata Curug Kanteh yang kami singgahi ketika pulang dari Sawarna. Di pertigaan ini ada pangkalan ojek, pengunjung yang melewati jalan ini akan diminta duit tapi kami langsung nge-gas tanpa mempedulikan mereka. Memasuki jalan ini kondisinya agak jelek, dan akan bagus ketika memasuki Sawarna.
Sampai di gerbang Sawarna, di loket masuk kami bayar Rp. 5.000/orang dan melewati jembatan yang hanya muat untuk satu motor (yang bawa mobil harus parkir di luar), memasuki desa dan langsung menuju penginapan yang dulu kami pernah menginap. Kondisi desa wisata ini sangat sepi, boleh dikata hanya kami yang berwisata/menginap di sini. Tarif menginap Rp. 250.000/malam dan kami menginap 2 malam, harga ini lebih murah dibanding dulu karena lewat makelar (lewat makelar bisa Rp. 350.000/malam). Sepinya wisata di sini meskipun ketika masa libur/week-end karena kejadian Tsunami bulan Desember tahun lalu dan sampai sekarang masih berimpah ke pariwisata sepanjang pantai dari Anyer sampai Ujung Genteng.
|
Desa Sawarna |
Karena habis menempuh perjalanan jauh dari Ciletuh, di Sawarna kami hanya banyak menghabiskan waktu di penginapan yang nyaman. Berjalan sebentar ke Pantai Pasir Putih yang berjarak sekitar 100m dari penginapan, terlihat beberapa warung makan dan cendera mata yang sangat sepi. Di pinggir pantai, warung-warung yang dulu banyak berjejer sekarang sudah ditetibkan/dibongkar, hanya saja tidak dirapihkan meninggalkan reruntuhan bangunan seperti terkena Tsunami. Kami makan siang seafood di sini dan sekaligus mendengarkan cerita bapak pemilik warung
|
Pantai Pasir Putih |
|
Makan siang di Pantai Pasir Putih |
Pantai Tanjung Layar
Inilah pantai yang menjadi favorit pengunjung untuk menyaksikan matahari terbenam/sunset. Jarak dari penginapan sekitar 1km bisa di tempuh dengan berjalan kaki di jalan setapak ataupun menggunakan motor. Sepanjang jalan terdapat warung-warung warga yang juga di jadikan tempat tinggal. Tersedia juga penginapan-penginapan sederhana yang berada dekat dengan bibir pantai.
Di pantai ini terdapat 2 bukit yang berjarak sekitar 50 m dari pantai, bukit ini mirip layar kapal sehingga pantai ini dinamakan Tanjung Layar. Ombak pantai selatan menghempas keras dan terhalang karang yang berjejer dan terkadang hempasan ini membentuk air terjun alami. Batu karang yang membentuk pantai ini membentuk kolam-kolam dangkal. Meskipun ombak besar, beberapa warga terbiasa memancing di sini. Untunglah sore itu matahari tenggelam memberi semburat merah walaupun tidak sempurna karena tertutup awan.
|
Sunset @Tanjung Layar |
|
Sunset @Tanjung Layar |
Pantai Karang Taraje
Kembali lagi ke pantai ini, tujuan utama kami adalah melihat air terjun ombak yang melewati karang yaitu air terjun yang terbentuk akibat adanya ombak besar yang menghantam karang dan menghasilkan air terjun. Untuk ke Karang Taraje dari penginapan berjarak sekitar 3km, kita harus keluar dulu ke arah jalan raya. Nanti ada petunjuk arah ke Pantai Legon Pari/Karang Taraje.
|
Legon Pari |
|
Legon Pari |
Perjalanan ke pantai ini kita melewati jembatan gantung, memasuki jalan .desa yang cukup buat motor. Naik turun bukit melewati persawahan dan kebun hingga sampai di Pantai Legon Pari. Pantai Legon Pari biasanya ramai oleh pengunjung untuk melihat matahari terbit/sunrise. Dari pantai ini kemudian ambil jalur kiri melewati kebun sekitar 200m hingga sampai di warung paling ujung. Dari sini kami menitip motor dan jalan kaki ke arah Karang Taraje. Menyusuri pantai sekitar 200m sampailah kami di deretan warung.
|
Foto pantai selagi menunggu hujan reda |
|
Foto pantai selagi menunggu hujan reda |
Sayang sekali tiba-tiba hujan turun dan terpaksa berteduh di sebuah warung yang dijaga oleh seorang nenek dan sambil menunggu hujan reda kami memesan mie instan. Setelah reda kami menuju Karang Taraje. Melewati bebatuan karang yang terkadang dihempas oleh ombak dan melewati celah-celah karang. Dari jauh terlihat objek yang kami tuju, hanya saja tidak ada ombak besar yang bisa menghasilkan air terjun. Akhirnya kami cuman mengambil foto-foto karang yang ada di sini. Karang-karang yang cantik dan unik.
|
Karang-karang di Karang Taraje |
|
Karang-karang di Karang Taraje |
|
Karang-karang di Karang Taraje |
Baca juga link terkait:
– Sawarna bagian 1: Pantai Legon Pari dan Karang Taraje
– Sawarna bagian 2: Pantai Tanjung Layar dan Goa Lalay
– Sawarna bagian 4: Pantai Goa Langir dan Karang Bokor