5 Perbedaan Utama Antara Tempat Kerja Jepang dan Amerika
Banyak perusahaan besar, seperti Amazon, Alphabet, dan Facebook, kini memiliki puluhan ribu karyawan di seluruh dunia, dan ada beberapa peluang yang menguntungkan di luar negeri. Jepang, misalnya, menerima lebih banyak pekerja asing.
Tetapi sebelum bekerja disana, ketahuilah bahwa budaya kantor masih sangat bervariasi di antara negara-negara. Berapa jam kita diharapkan bekerja, bagaimana cara kita berpakaian, hubungan kita dengan atasan dan rekan kerja, dan lebih banyak lagi dapat berubah tergantung di mana kita berada.
Dari beberapa referensi yang sudah penulis baca, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan budaya dari setiap perusahaan di setiap negara. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan utama atau secara umum terjadi antara tempat bekerja di Negara Jepang dengan Negara Amerika:
1. Tempat Kerja Di Jepang Lebih Formal
Orang Amerika lebih santai di kantor daripada di Jepang. Biasanya pekerja Jepang akan terkejut ketika semua orang saling memanggil dengan nama depan mereka di tempat kerja. “Ini akan dianggap tidak sopan di Jepang.
Kebanyakan pebisnis, yang disebut “salarymen” di Jepang, mengenakan setelan abu-abu, biru, atau hitam dan hampir selalu mengenakan dasi, bahkan di musim panas. Biasanya beberapa wanita karier mengenakan pakaian yang sama: kemeja putih dengan blazer biru atau navy dan rok yang serasi, pantyhose, dan tumit kucing hitam dengan rambut diikat ke belakang dengan kuncir kuda.
2. Di perusahaan Jepang, karyawan harus mendapatkan persetujuan atasan mereka setiap kali mereka membuat keputusan
Banyak perusahaan Jepang mematuhi mantra yang disebut ho-ren-jadi, menurut sebuah makalah dari Doshisha University di Kyoto, Jepang. Ho-ren-jadi adalah perangkat mnemonik yang menggabungkan suku kata pertama dari tiga kata kerja: Houkoku (laporan), renraku (kontak), soudan (berkonsultasi).
Ini berarti bahwa seorang karyawan di Jepang harus selalu memberi tahu atasan mereka tentang apa yang mereka lakukan. Setiap keputusan, sekecil apapun tampaknya, harus melalui rantai komando dan mendapatkan stempel persetujuan dari bos. Karyawan harus segera melaporkan masalah apa pun kepada atasan mereka sebelum mencoba mengurus apa pun sendiri.
3. Tempat kerja di Amerika fokus pada individu sedangkan tempat kerja di Jepang fokus pada grup
Dalam bukunya “When Cultures Collide,” ahli linguistik Inggris, Richard Lewis memetakan perbedaan di antara gaya kepemimpinan di seluruh dunia. Dia menemukan bahwa tempat kerja Amerika umumnya mengikuti sistem “individualisme terstruktur”.
Seorang Manajer di Amerika tidak memfokuskan karyawan untuk mampu kerja tim dan semangat perusahaan, tetapi mereka menghargai kebebasan individu dan minat pertama mereka adalah memajukan karir mereka sendiri.
Negara-negara Asia Timur, di sisi lain, lebih fokus pada kelompok. Mereka cenderung memiliki hierarki Konfusianisme, di mana kelompok ini sakral dan para pemimpin dipandang sebagai orang yang baik hati.
4. Para pekerja Jepang sering diharapkan untuk berpesta dengan rekan kerja setelah jam kerja
Salah satu budaya orang jepang ketika setelah menyelesaikan pekerjaan adalah pergi nongkrong atau berpesta dengan rekan kerjanya setelah capek dan letih menjalani pekerjaan seharian. Hal ini sudah menjadi kebiasaan orang-orang jepang, jadi tidak lah heran kenapa sekto bisnis di Jepang selalu berjalan lancar karena selalu adanya perputaran uang.
Rekan kerja Jepang sering bergaul sebagai kelompok setelah bekerja. Meskipun belum tentu diperlukan, secara sosial diharapkan untuk tingkat tertentu. Plus, itu bisa menjadi cara yang berguna untuk menjalin hubungan yang kuat dan bekerja lebih semangat.
5. Di kedua negara, karyawan bekerja berjam-jam dan beristirahat sejenak
Dari sekian banyak perbedaan dari budaya kedua negara-negara tersebut, ada satu kesamaan antara karyawan Jepang dan Amerika. Yaitu bekerja berjam-jam dan tidak mengambil banyak liburan dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
Jepang terkenal dengan jam kerjanya yang panjang. Bahkan ada fenomena di negara di mana orang mati karena terlalu banyak bekerja. Ini disebut karoshi, yang secara harfiah berarti “mati karena terlalu banyak kerja.”
Namun menurut data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, pekerja Amerika mencatat jam kerja rata-rata lebih banyak dibandingkan pekerja Jepang pada tahun 2016.
Selanjutnya, rata-rata karyawan Amerika hanya membutuhkan sekitar setengah dari waktu luang mereka yang dialokasikan atau waktu liburan, menurut laporan 2017 oleh Glassdoor. Dan lebih dari 60% responden melaporkan bekerja selama liburan.
Demikian pula, sebuah survei oleh Expedia menemukan bahwa pekerja Jepang hanya mengambil sekitar setengah dari hari libur mereka, dan banyak pekerja melaporkan merasa bersalah setiap kali mereka mengambil cuti.
Nah itulah perbedaan utama antara tempat kerja di Negara Jepang dengan Negara Amerika, semoga artikel ini bermanfaat. Thanks and Regard